TANAMAN SAWI
TANAMAN SAWI
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar
maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip
satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau
(Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim,
atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok
pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi
asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi
sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok
alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya
lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok
(pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai
dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.
MANFAAT.
Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih
darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar
pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
JENIS SAWI
Klasifikasi Botani.
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae. Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.
JENIS-JENIS SAWI.
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang,
halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam
sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan
sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso.
Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim
alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi
yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya
panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan
berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit.
Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau
restoran cina.
SYARAT TUMBUH
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia.
Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya
sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di
tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari
dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil
yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5
meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter
dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang
tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang
sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi
tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian,
tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman
(pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
BUDIDAYA TANAMAN SAWI
Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan
budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses
pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan
pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur
maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang
dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang
secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini
akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha
tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus.
Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih
sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.
Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus
mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama
penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga
harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan
alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus
memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai
benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan
benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan
dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama
penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan
pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki
struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki
fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita
gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan,
rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi,
karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik
sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang
baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat
merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang
mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran
ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan
jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu
sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2
– 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah
kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).
PEMBIBITAN
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi
terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120
cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi
bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan
ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5
gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu
ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati
3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan
tanaman dipindahkan ke bedengan.
PENANAMAN
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng
30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu
pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam
bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik,
pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 –
10 cm.
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila
musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang
ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi
kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman
dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu
penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan
mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman,
penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya
sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti
dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa
pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng
penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman.
Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50
kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25
liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
PENANAMAN VERTIKULTUR
Langkah – angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai
berikut :
Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir.
Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang,
pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang
berukuran 20 x 30 cm.
Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam
polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5
helai.
Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang
tersedia pada Lath House.
PENANAMAN HIDROPONIK
Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai
berikut :
Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus
yang disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya
tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.
Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4
minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci
dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.
Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril
setebal 7 – 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar
yang juga sudah steril setebal 20 cm.
Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm,
masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga
melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.
Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian
dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru
selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.
No comments:
Post a Comment