Serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap
produksi tanaman cengkeh, sehingga upaya pengendaliannya sangat diperlukan agar
kehilangan hasil dapat ditekan pada tingkat yang relatif kecil.
Hama
Pada umumnya hama yang menyerang tanaman cengkeh adalah
penggerek, perusak pucuk dan perusak daun. Serangan hama-hama tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, produksi menurun bahkan kematian
tanaman.
Penurunan produksi cengkeh akibat serangan hama dapat
mencapai 10-25%.
Penggerek
Hama yang paling merusak dan sering dijumpai menyerang
tanaman cengkeh adalah penggerek. Terdapat tiga kelompok hama penggerek pada
tanaman cengkeh, yaitu penggerek batang, penggerek cabang, dan penggerek
ranting.
- Penggerek
batang
Beberapa spesies hama penggerek batang yang sering menyerang
tanaman cengkeh yaitu Nothopeus hemipterus Oliv., N. fasciatipennis Watt, dan
Hexamitodera semivelutina Hell. N. hemipterus dan N. fasciatipennis hampir sama
bentuk, perilaku maupun cara hidupnya. Yang menggerek batang cengkeh adalah
stadium larva yang mampu bertahan hidup di lubang gerekan selama 130 – 350
hari.
Gejala Serangan
Gejala yang tampak pada pohon adalah adanya lubang-lubang
berukuran 3-5 mm yang ditutupi serbuk kayu hasil gerekan. Dari dalam lubang
gerekan tersebut keluar cairan kental bercampur kotoran hama. Jumlah lubang
gerekan dapat mencapai 20-70 buah pohon. Tanaman yang terserang hama penggerek
batang akan merana pertumbuhannya karena terganggunya aliran zat makanan yang
dibutuhkan tanaman. Serangan yang berat dapat mengakibatkan kematian. Gejala
serangan hama ini sangat mirip dengan Nothopeus spp., yaitu adanya
lubang-lubang pada permukaan batang dan keluarnya cairan kental. Jumlah lubang
dalam satu pohon berkisar 20-100 buah. Pada umumnya penggerek ini menyerang
tanaman yang telah berumur lebih dari 6 tahun. Makin tua umur tanaman, tingkat
serangan makin tinggi. Akibat serangan hama ini, daun-daun muda yang semula
berwarna hijau berubah warna menjadi kekuningan rontok selanjutnya pucuk-pucuk
daun mati. Serangan berat dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Cara pengendalian hama H. semivelutina sama seperti pada
pengendalian Nothopeus spp.
Pengendalian
Cara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan
memusnahkan telur penggerek yang menempel pada kulit batang dan menutup lubang
gerekan dengan pasak kayu.
Cara kimiawi dapat dilakukan dengan memasukkan insektisida/
racun pernapasan ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu.
lnsektisida yang
dapat digunakan adalah : Akodan 35 EC 0,5-0,15 %, Curacron
500 EC 0,1-0,2 % dan Bestox 50 EC 0,25-0,50 %.
Dapat pula menaburkan insektisida sistemik berbahan aktif
carbofuran (misalnya Furadan 3 G) dengan dosis 115-150 g/pohon dan interval 3
bulan sekali.
Jenis serangga hama penggerek batang yang lain adalah
Hexamitodera semivelutina. Serangga ini masih sekerabat dengan Nothopeus spp.,
sehingga ciri-ciri dan perilaku hidupnya hampir sama, Telur diletakkan satu per
satu pada celah-celah dan lekukan kulit batang cengkeh. Seekor serangga betina
dewasa dapat meletakkan telur sebanyak 19-25 butir yang akan menetas setelah 23
hari.
- Penggerek
cabang
Dua jenis penggerek cabang yang banyak menyerang
tanaman,cengkeh adalah Xyleborus sp., dan Ardela sp.
Hyleborus sp.
Hama Hyleborus sp. merupakan kumbang berukuran kecil
berwarna hitam. Kumbang jantan tidak mempunyai sayap dan ukurannya lebih kecil
daripada serangga betina.
Gejala serangan
Gejala serangan yang tampak adalah adanya lubang-lubang
gerekan berukuran kira-kira 1 mm pada permukaan kulit cabang. Akibat serangan
hama ini, cabang-cabang tanaman menjadi lemah, mudah patah, tunas-tunas mati,
daun dan ranting mengering dan akhirnya cabang mati.
Pengendalian
Cara pengendalian hama penggerek cabang tersebut sama dengan
pengendalian hama penggerek batang.
Ardela sp.
Serangga ini berupa ngengat. Ngengat jantan berwarna cokelat
keputihan, sedangkan yang betina berwarna merah muda keputihan. Larva berwarna
putih keabu-abuan.
Gejala serangan
Pada cabang-cabang tanaman terdapat lubang-lubang gerekan
berdiameter 12,5-25 mm. Lubang-lubang tersebut tertutup kotoran dan serbuk kayu
sisa gerekan yang dijalin
dengan serat halus. Jumlah lubang gerekan pada setiap cabang
dapat mencapai 2-3 buah. Serangan hama ini menyebabkan tanaman menjadi lemah.
Pengendalian
Pengendalian hama penggerek cabang ini dapat dilakukan
dengan menusukkan kawat ke lubang gerekan sehingga serangga mati. Selain itu
dapat pula dilakukan penyemprotan insektida ke dalam lubang gerekan menggunakan
Akodan 35 EC 0,5-0,15%,
Curacron 500 EC 0,1-0,2% dan Bestox 50 EC 0,25-0,50%.
- Penggerek
Ranting
Hama penggerek ranting yang banyak dijumpai menyerang
tanaman cengkeh yaitu Coptocercus biguttatus Dinov. Serangga ini berupa kumbang
berwarna hitam,
sedangkan larvanya berwarna kuning kecokelatan.
Gejala serangan
Pada permukaan ranting terdapat lubang-lubang gerekan yang
berdiameter kira-kira 1,8 mm. Serangan hama ini mengakibatkan ranting dan daun
mengering atau meranggas.
Hama ini umumnya menyerang tanaman yang kondisinya lemah
atau tanaman yang tidak dipelihara dengan baik.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
ke seluruh bagian tanaman. Insektisida yang dapat digunakan antara lain Akodan
35 EC 0,5-0,15%, Curacron 500 EC 0,1-0,2%, dan Bestox 50 EC 0,25-0,50%.
Penyemprotan dapat
diulang dengan interval 7-10 hari sekali.
Perusak pucuk
Kutu tempurung (Coccus viridis) merupakan salah satu jenis
hama perusak pucuk tanaman cengkeh. Serangga berbentuk kutu kecil berwarna
hijau dan umumnya terdapat dipermukaan bawah daun.
Gejala serangan
Daun yang terserang hama ini berubah warna dari hijau
menjadi kuning kemudian mengering dan akhirnya gugur. Hama ini dapat menyerang
tanaman muda maupun yang produktif.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong ranting yang
terserang kemudian membakarnya. Penyemprotan dengan insektisida dapat dilakukan
menggunakan Decis 2.5 EC, Marshall, Akodan 35 EC, Curacron 500 EC dan Bestox 50
EC dengan interval 7-10 hari sekali.
Perusak daun
Dua jenis hama perusak daun tanaman cengkeh yang umum
dikenal adalah Anthriticus eugeniae Hergr dan Carea angulata.
Anthriticus eugeniae
Hama ini berupa kutu berwarna hijau dan hidup dengan cara
mengisap daun cengkeh. Pada umumnya hama ini aktif pada malam hari.
Gejala serangan
Pada bagian pinggir dan tengah daun terdapat bintik- bintik.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kelembaban di sekitar kebun melalui pemangkasan atau penebangan tanaman yang
menaungi tanaman cengkeh. Selain itu dapat pula dilakukan penyemprotan terbatas
pada bagian tanaman yang terserang menggunakan insektisida Marshall, Akodan 35
EC, Curacron 500 EC dan Bestox 50 EC dengan interval 7-10 hari sekali.
Carea angulata
Hama ini berupa ulat yang hidup dengan cara memakan daun.
Gejala serangan
Pada daun cengkeh tampak bekas gigitan ulat. Serangan yang
berat oleh hama ini dapat mengakibatkan tanaman menjadi gundul sehingga
menurunkan produksi.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan menyemprot daun
menggunakan insektisida terutama pada saat populasi larva masih muda.
lnsektisida yang dapat digunakan antara lain Decis, Marshall, Akodan 35 EC,
Curacron 500 EC dan Bestox 50 EC, dengan interval penyemprotan 7-10 hari
sekali.
Penyakit
Serangan penyakit pada tanaman cengkeh akan berkorelasi
positif dengan penurunan.
Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) Penyakit BPKC
merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10-15%. Penyebabnya
adalah bakteri Pseudomonas syzygii. Penularan penyakit BPKC dari pohon sakit ke
pohon sehat melalui vektor berupa serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H.
striata (di Jawa). Pola penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin.
Penularan penyakit ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok,
gergaji, sabit yang digunakan untuk memotong
pohon sakit.
Gejala serangan
Tanaman cengkeh yang terserang penyakit BPKC daunnya gugur
secara mendadak kemudian ranting-ranting pada pucuk mati. Kadang-kadang
percabangan atau seluruh tanaman layu mendadak dan mengakibatkan daun menjadi
kering. Gugurnya
daun dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Kematian tanaman cengkeh akibat penyakit ini dapat berlangsung cepat
yaitu antara 3-12 bulan atau lambat yaitu antara 1-6 tahun. Umumnya pohon
dewasa yang terlebih dahulu terserang.
Pengendalian
Apabila gejala serangan penyakit BPKC ditandai dengan
gugurnya daun di bagian pucuk pohon, maka pangkal batang atau akar segera
diinfus dengan antibiotika oksitetrasiklin (OTC) sebanyak 6 gr/100 ml air.
Jarum infus yang digunakan berdiameter 1 mm. Penginfusan dilakukan setiap 3-4
bulan sekali. Pengendalian dapat dipadukan dengan melakukan penyemprotan
insektisida dengan sasaran serangga vector penular penyakit BPKC menggunakan
insektisida Matador 25 EC, Akodan 35 EC, Curacron 500 EC dan Dads 2,5 EC dengan
interval 6 minggu sekali sampai serangga vektor tidak ada lagi. Pohon-pohon
yang terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar.
Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)
Penyakit ini terdapat hampir di semua sentra produksi
cengkeh di Indonesia. Penyakit CDC dikategorikan sebagai penyakit utama di
samping penyakit BPKC. Penyakit CDC dapat menyerang tanaman cengkeh mulai dari
pembibitan sampai tanaman produksi. Berikut ini beberapa jenis penyakit yang
sering menyerang tanaman cengkeh dewasa.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phyllostica syzygii.
Cara penularan penyakit CDC adalah melalui angin dan air
hujan atau melalui bibit.
Gejala serangan
Pada permukaan atas daun timbul bercak-bercak yang
menggelembung seperti cacar. Gejala tersebut akan lebih jelas terlihat pada
daun yang masih muda. Pada bercak-bercak
tersebut kadang-kadang terdapat bintil-bintil hitam kecil.
Selain pada daun, gejala penyakit gugur akibat serangan CDC kadang- kadang
terlihat juga pada buah. Daun-daun yang terkena penyakit CDC secara bertahap
akan gugur.
Pengendalian
Pengendalian penyakit CDC dilakukan secara kimiawi melalui
penyemprotan fungisida dengan interval 7-10 hari sekali, sedangkan untuk
pencegahan dapat dilakukan 10-14 hen
sekali. Beberapa jenis fungisida yang dapat digunakan antara
lain Delsen MX- 200 0,2%, Maneb Brestan 0,3%, Difolatan 0,2% dll.
Di samping penyemprotan fungisida, sanitasi kebun perlu
mendapat perhatian. Daun, ranting, dan biji dari tanaman sakit yang jatuh ke
tanah sebaiknya dikumpulkan dan dibakar. Pohon-pohon yang terserang berat
sebaiknya ditebang dan dibakar.
Embun Jelaga
Penyebab penyakit ini adalah jamur Capnodium sp. dan
Limacinula samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran serangga Coccus viridis
Green (kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat disebarkan oleh semut
dari daun satu ke daun yang lain.
Gejala serangan
Pada permukaan daun tampak lapisan berwarna abu-abu kehitaman.
Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan daun, tangkai daun
dan ranting. Akibat serangan
penyakit ini tanaman menjadi sulit berfotosintesis.
Pengendalian
Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan
penyemprotan larutan kapur sirih 1-2%. Untuk mengendalikan kutu daun dapat
dilakukan dengan penyemprotan insektisida.
bagaimana cara menanggulangi hama yang di tandai dngan banyak sarang semut hitam dibatang maupun d daun
ReplyDelete